Langsung ke konten utama

I Made Andi Arsana, Dosen Khas Milenial dengan Berbagai Keahlian

I Made Andi Arsana saat diwawancarai penulis di Coklat Caffe, Terban, Gondokusuman, Yogyakarta (Foto: Rieka Yusuf)
Mulanya, tidak pernah ada bayangan seorang mahasiswa semester 5 bisa mengajar teori di kelas seperti dosen pada umumnya. Maklum saja, saat I Made Andi Arsana dipercaya menjadi asdos (asisten dosen) oleh dosennya di Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada, biasanya hanya sebatas membantu kegiatan praktikum. 

Pengalaman pertama mengajar teori tersebut menjadi titik balik bagi pria yang akrab disapa Andi bercita-cita sebagai dosen. Berkat tekad dan kerja keras, perantauan asal Tabanan tersebut berhasil melanjutkan studi S2 dan S3 di Australia, sekaligus menjadi Dosen Favorit dalam Gadjah Mada Award 2016 di UGM Yogyakarta.

Akademisi yang aktif blogging juga pengguna sosial media ini kerap muncul jauh dari stigma seorang dosen yang serius dan monoton. Karakternya yang humble serta pandangannya terhadap berbagai persoalan berhasil memecah stigma negatif jarak antara dosen dan mahasiswanya, hingga anggapan negatif tentang penggemar Korea. 

Rajin mengunggah konten di sosial media, sempat beberapa kali membuatnya viral di jagat maya. Sebut saja ramainya berita ungkapan belasungkawa seorang dosen yang ditujukan kepada para penggemar Jonghyun, salah satu personil boyband Korea yang bunuh diri pada 2017 lalu. Unggahan di Instagram yang menampilkan tangkapan layar pesan Whatsapp bersama sang anak yang juga penggemar K-POP ditanggapi positif oleh banyak orang.

“Menurut saya itu adalah percakapan yang baik antara anak dan ayah. Sering saya mendengar ayah gak suka dengar anaknya yang penggemar K-POP, dan menyalahkan. Akhirnya saya buat unggahan tentang percakapan itu, ternyata di repost oleh (akun) Dagelan yang saat itu pengikutnya 12 juta,” ujarnya saat ditemui di Coklat CafĂ©, Yogyakarta. 

Made Andi percaya, membagikan hal positif juga bisa membuat viral. Tak hanya di Instagram, ia juga sempat viral di Twitter saat mengunggah pengalamannya mengajar mahasiswa di Papua menggunakan Skype. Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI mengucapkan terima kasih dengan membalas Tweet dosen kelahiran 1978 ini. Hingga sekarang, Instagramnya yang diikuti oleh 19 ribu orang tersebut selalu diisi dengan konten-konten inspiratif. Begitu juga dengan Twitter miliknya yang mencapai 17 ribu pengikut. 

Kesukaannya dalam menulis ia tuangkan lebih dulu pada blog yang aktif sejak 2004 silam. Saat itu, ia sedang menempuh pendidikan S2 di University of New South Wales, Australia. Sebagai seorang penerima beasiswa Australian Development Scholarship yang juga baru pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Kangguru, membuatnya tergugah untuk membagikan. 

“Dulu ketika saya mau ke Australia, saya merasa perlu untuk tahu bagaimana negara tersebut, sesederhana keadaan dan kebiasaan orang di sana. Maka saat itu saya berpikir kalau saya menulis banyak pengalaman, pasti akan sangat berguna buat orang-orang yang ingin ke Australia,” jelasnya. Tak hanya menulis di blog, ia juga membuat 5 buku yang ditulisnya sendiri, serta beberapa buku yang dikerjakan bersama. 

Hingga saat ini blog bertitel a madeandi’s life tersebut memuat banyak sekali informasi penting, seperti terkait beasiswa; kisah inspiratif; hubungan mahasiswa dengan dosen dalam perkuliahan; hingga berbagai pengetahuan terkait keilmuan Made Andi yaitu Teknik Geodesi yang biasanya membicarakan kemaritiman. Sebagai seorang ahli, Made Andi kerap diundang menjadi pembicara di berbagai acara. Keahliannya dalam bidang Geodesi/teknis hukum laut, menulis, hingga penerima beasiswa dibagikannya dalam tulisan maupun presentasi di depan banyak orang. 

Salah satu undangan yang berkesan belakangan ini adalah saat dirinya dimintai hadir pada acara Mata Najwa sebagai ahli untuk menjelaskan kasus Cina di Laut Natuna. Tesisnya mengenai hukum laut atau United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) dan batas maritim menjadi dasar teori dalam menganalisis kasus tersebut.

Jauh sebelum diundang dalam acara Mata Najwa, Made Andi juga sering menjadi public speaker di beberapa forum internasional. Kepada penulis, Ia menceritakan pengalaman berkesannya ketika presentasi di Oslo, Norwegia pada 2008 silam. Saat itu, ia yang baru saja menempuh pendidikan S3 di Universitas Wollonggong berkesempatan untuk menjadi pembicara di sebuah acara yang dihadiri oleh berbagai kalangan profesor. Ini adalah kesempatan bergengsi yang dimilikinya. Sebuah ambisi untuk terlihat baik tanpa kesan ‘sok’ membuat Made Andi tertantang. “Waktu itu akhirnya saya berfikir bahwa tidak ada yang lebih baik selain being humble,” terangnya.

Mantra menjadi sederhana ia praktikkan dalam pembukaan presentasi melalui candaan. “Waktu itu di awal saya katakan, sebuah kehormatan bagi saya karena di sini ada para dewa yang namanya hanya saya lihat di jurnal dan di buku, saya merasa bersyukur sekali bisa ada di depan Bapak Ibu sekalian,” jelasnya sambil mempraktekan candaan tersebut dalam bahasa Inggris.

Prediksinya benar, candaan ini merupakan sanjungan serta bentuk kerendah hatiannya pada audiens hebat di hadapannya. Selain membuatnya terlihat ramah, ujaran tersebut bisa mencukupi ekspetasi para audien, “Ini akan memunculkan sebuah prespektif, ekspetasi mereka jadi cukup. Mereka tahu saya pemula dan masih belajar, mengingat jika dikonversikan seharusnya yang menjadi pembicara adalah orang-orang di akhir studi S3, maka mereka akan memaklumi penampilan saya, serta melihat bahwa saya sudah bekerja keras,” terangnya.

Baginya candaan sebagai intermeso presentasi adalah hal penting. Made Andi selalu percaya bahwa orang menyerap ilmu ketika pikirannya rileks, rileks tersebut bisa diperoleh melalui candaan. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih candaan sederhana atau tidak lebay dan menempatkannya pada saat yang tepat. “Jokes itu sesederhana menyanjung orang yang kita kenal. Misalnya dosen kita dahulu, wah saya inget banget nih dulu bapak ibu sekalian, kalau ada acara begini saya duduk di situ tuh, yang di depan ya bapak ini,” jelasnya.

Kemampuan public speaking adalah hal perlu dimiliki oleh tiap orang. Andi berpendapat bahwa kata-kata adalah sebuah jembatan yang menghubungkan orang dengan gagasan maupun keahlian yang berbeda. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diketahui oleh seorang pembicara dalam menyiapkan presentasi ataupun pidatonya. 

Pertama, mengetahui audiens dengan baik. Mengenal siapa dan berapa audiens menjadi krusial untuk menentukan bagaimana pembawaan dan materi presentasi, “Ketika saya menjelaskan materi batas laut di Mata Najwa yang menyesuaikan audiens yang saya tahu dari kalangan umum, jika saya berbicara di depan ahli tentu penjelasan saya tidak sesimpel itu, saya akan menjelaskan lebih detail lagi,” ujarnya.

Kedua adalah mengetahui topik. Penting bagi seorang pemateri mengetahui benar topik yang hendak dibawakan. Ketiga adalah mengetahui suasana ketika kita hendak presentasi. “Ini juga sangat penting, oleh karena itu saya sering menanyakan detail ke panitia yang mengundang saya, kapan dan posisi masuk saya bagaimana. Saya selalu memperhatikan detail tersebut karena akan sangat berpengaruh.” Pertimbangan siapa pemateri sebelumnya, apakah saat presentasi audiens sudah makan siang atau belum, hingga suasana lainnya, akan mempengaruhi bagaimana ia membuka dan menyampaikan materi. Keberhasilannya dalam melakukan presentasi juga didukung kemampuannya dalam membuat animasi menggunakan Ms. PowerPoint yang menarik dan mudah dipahami. Sehingga harapannya, audiens dapat menerima materi dengan baik ketika ia presentasi. (Rieka Yusuf)


Foto penulis (kanan) bersama I Made Andi Arsana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng di Negeri Funginesia

Ilustrasi jamur (Sumber: Krzystof Niewolny via unsplash.com) Di sebuah negeri di dunia ketiga bernama Funginesia. Pagi hari jadi hari sibuk bagi rakyat fungi (sapaan akrab kingdom lain untuk menyebut masyarakat Funginesia) dari empat distrik yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidmycota, dan Deuteromycota. Masing-masing rakyat di empat distrik terlihat sibuk menyiapkan hari. Menata banyak persiapan untuk bereproduksi bagi fungi dewasa, hingga mengikuti pelatihan menginang bagi fungi remaja. Ada satu program wajib Funginesia yang diterapkan untuk rakyatnya, fungi-fungi muda dididik para tetua untuk merantau di dunia pertama agar sukses menginang. Mereka yang berhasil mencapai prestasi menjadi parasit, baik obligat dan fakultatif, akan ditempatkan di jabatan pemerintahan. Mereka yang kembali sebagai saprofit akan dianggap sebagai masyarakat jelata yang umumnya bertahan hidup dengan bantuan sosial negara. “Hahhh, meresahkan sekali,” keluh Ceos, fungi muda dari Klan Mycosporium. Saat i...

Modernisasi Teh jadi Daya Tarik Pasar Sempit

Teh hijau mawar di dalam poci (Foto: penulis) Dalam legenda Kaisar Shen Nung, teh ditemukan di Cina sekitar 5000 tahun yang lalu. Asal mula teh juga dikisahkan dalam legenda India melalui cerita biarawan Bodhidharma. Kini, teh tak hanya jadi bagian dari sejarah dan budaya. Teh telah menjelma menjadi komoditas dengan hasil akhir minuman penuh kreatifitas.          Tak ada hari tanpa minum teh. Begitu demikian yang diakui Nur Winarni, wanita paruh baya berusia 54 tahun asal Jogja. Kegiatan memasak air panas dan teh tubruk Jawa berjenama Djatoet mengawali aktivitasnya di pagi hari. Jika tersedia, ia akan menikmatinya dengan beberapa potong biskuit. Jika tidak, satu gelas teh jawa bercampur satu sendok makan gula pasir tersebut tetap dinikmatinya dengan khusyuk.          “Setiap hari pasti minum teh manis panas. Kalau gak minum rasanya pusing, seperti gak punya energi,” ujarnya. Kebiasaan minum teh sudah dilak...

de Ngokow, Permata Tersembunyi di Yogyakarta

  Suasana de Ngokow yang terletak di Pendopo nDalem Pujokusuman Pendopo nDalem Pujokusuman merupakan tempat bersejarah milik Sultan Hamengkubuwono VIII. Sebuah cagar budaya yang pernah menjadi markas gerilya bangsa Indonesia kini disulap menjadi tempat nyaman untuk bercerita. Ini adalah hal unik sebab modern dan tradisional menjadi konsep yang bersatu padu. Sebuah kesatuan seimbang yang jarang ditemui pada banyak kafe. de Ngokow Coffee Roastery and Tea Club adalah pelakunya. Yogyakarta dipilih menjadi cerita ke-8 dari usaha yang lahir sejak tahun 2012. Kini, de Ngokow telah memiliki 6 cabang di 4 kota besar Indonesia dan masing-masing 1 cabang di Belanda juga Belgia. Selayaknya bisnis food and beverage lainnya, sajian seperti kopi, teh, makanan berat, hingga makanan ringan pun tersedia. Seperti V60 Levitation yang menjadi salah satu menu andalan. Kopi hitam yang teknik pembuatannya dikembangkan lagi oleh barista de Ngokow ini bahkan telah menjuarai Festival Kopi Indonesia Champ...