Langsung ke konten utama

Postingan

Aku Enggan Menjawab, "Apa Kabar?"

Aku merasa aneh belakangan ini. Membatasi komunikasi personal dengan orang lain jadi hobi baru. Segala semrawut masalah yang muncul terlalu menguras energi. Sebagai efeknya hanya beberapa orang yang kubiarkan mengetahui secuil kisah, termasuk penyebab semrawut. Ada beberapa komunikasi yang masih kulakukan. Segala macam pertanyaan mampu kujawab sebaik dan sesantun yang kubisa, kecuali pertanyaan "apa kabar?" atau "kamu baik-baik saja, Rik?"  Baru kali ini aku merasa enggan menjawab pertanyaan dengan nada sejenis ini. Bukan karena aku merasa tinggi diri dan meremehkan pertanyaan orang lain, bukan. Aku tahu, mereka peduli. Hanya saja, aku membeku ketika berpikir untuk menaruh kata apa saja sebagai jawaban. Pertanyaan ini membuatku menanyakan hal yang sama pada diriku.  Dan masih tak bisa kujawab. 
Postingan terbaru

Hutang Budi bukan Hutang yang Bisa Dibayarkan

  Ilustrasi menolong (Sumber: Pixabay) Beberapa bulan yang lalu, mungkin aku masih punya pikiran panjang soal bagaimana cara membalas budi. Apakah ada cara yang efektif untuk meringankan beban hati dan pikiran dari hutang budi? Sebagai seseorang yang beruntung memiliki saudara dengan privilese tertentu, aku punya kesempatan untuk menikmati dunia yang mungkin saja tidak bisa dicapai di waktu yang sama dengan usaha sendiri. Aku mendapatkan bantuan untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi. Dulu, satu dan beberapa hal mengharuskanku sedikit meredam mimpi ingin berkuliah. Persoalan ekonomi hingga kesiapan orang tua jadi alasannya. Ditambah, aku pun masih jadi anak manja berbekal BMP, Beasiswa Mama Papa. Dari permasalahan ini aku mendapat jalan lainnya. Dibiayai kuliah oleh salah seorang anggota keluarga besar dengan syarat merantau ke daerah asal sang suami di Yogyakarta. Rasanya sangat senang saat itu. Selain karena bisa merasakan kuliah, kota yang kutuju adalah Yogyakarta. Daer...

Rieka Ingin Hidup Panjang untuk Makan Onde-onde!

  Jajanan pasar onde-onde (Sumber: reseponline.info) Onde-onde punya tempat tersendiri di banyak arsip tebal berisi apa yang kusuka. Jajanan bulat berisi adonan kacang hijau dan diselimuti biji wijen ini ternyata bisa membuatku menangis. Aku cukup sering memakannya, tapi baru tadi kulakukan dengan khusyuk. Legitnya kulit onde-onde beserta gurihnya biji wijen benar-benar memanjakan. Ditambah rasa manis isian kacang hijau yang menyempurnakan. Katakan aku berlebihan, tapi barusan sesi makan jajanan yang sudah ada sejak zaman Majapahit ini memang membuatku menangis. Ini karena tersadar ternyata onde-onde jadi salah satu alasanku ingin hidup lebih lama. Untuk berumur panjang aku harus sehat. Untuk memenuhi kebutuhan menjadi sehat, aku harus berpenghasilan cukup. Untuk mendapatkan penghasilan yang cukup, aku harus bekerja keras. Semua dilakukan agar bisa terus mengonsumsi onde-onde.  Selain diri, orang tua, juga orang tersayang motivasi kehidupanku bertambah satu. Onde-onde. Xixixix...

Bagaimana Jika Rieka Menjadi Editor?

  Ilustrasi penyuntingan (sumber: pexels.com) Tulisan ini tidak akan memberikan informasi krusial, melainkan sekedar bentuk validasi diri dari sebuah pertanyaan. Sejak tiga tahun terakhir sampai sekarang, kenyataannya saya masih punya keinginan untuk menjadi seorang editor. Entah penyunting berita, naskah, atau buku? Lalu, apa yang saya miliki sebagai modal menawarkan diri untuk jadi editor? Sebagai mahasiswi jurnalistik yang juga menekuni bidang tulis-menulis di lembaga pers mahasiswa jurusan, saya memiliki kepekaan dalam melihat sebuah tulisan. Kepekaan tersebut membantu saya lebih detail mengetahui alur, gaya penulisan, hingga maksud yang ingin disampaikan si penulis.  Kepekaan ini pula yang mendukung kemampuan saya dalam membuat tulisan menjadi lebih terstruktur, informatif, dan menarik dibaca. Terbiasa melakukan aktivitas menulis di berbagai topik, juga membuat saya lebih mudah beradaptasi dengan tulisan di banyak bidang. Pengalaman menjadi pemimpin redaksi, ...

Cerita Mimpi Semalam, Mengapa Bangun dalam Keadaan Menangis?

Ilustrasi menangis oleh Liza Summer: https://www.pexels.com/photo/sad-female-crying-and-looking-at-camera-6382719/ Saat tidur semalam, ada beberapa adegan yang terputar di kepala. Saya tidak mengingat persis alur dari mimpi ini, yang pasti berdasarkan 3 kategori mimpi yang pernah disampaikan oleh Om Hao ( Kisah Tanah Jawa ), ini adalah bunga tidur.  Ada adegan di mana motor dan saya sebagai pemilik dikurung dalam pagar bambu bercat hitam, seperti jeruji di ruang tahanan. Ada juga adegan saya berlarian di lapangan mengejar kelinci. Atau saya yang memandang seorang laki-laki dengan paras yang tidak terlihat jelas. Lalu tiba-tiba saya terbangun dalam keadaan menangis sesenggukan.  Sebenarnya ada banyak scene , tapi saya benar-benar kesulitan mengingatnya.  Di jam 2 pagi, saya menangis dan merasakan degup jantung yang tidak biasa. Saat itu saya yakin terhadap emosi yang sedang dirasakan, sebab satu kata ini langsung muncul di kepala ketika kesadaran sudah muncul 100%, yaitu k...

Memaknai Lirik Akar Tumbuh, Sebuah Lagu Sederhana yang Hanya Dipahami Anak-Anak

Sumber: Instagram @anakanakzaman_official Waktu menunjukkan pukul 23.16 WIB, lewat enam belas menit dari jam tidur yang saya punya. Namun, tangan rasanya gatal ingin menulis curhatan berkedok ulasan ini. Sebelum melanjutkan, sebagai informasi saya bukan seorang pengulas lagu. Hanya penikmat yang kebetulan tengah dibuat jatuh hati dengan grup musik yang baru saja merilis video lirik lagu di Youtube pada 24 Maret kemarin. Lagu Akar Tumbuh dari Anak-Anak Zaman X Sanggar Akar Tumbuh menambah koleksi khayalan saya tentang kehidupan. Seperti biasa, musik sederhana tapi kompleks, dipadu juga dengan diksi-diksi sederhana tapi penuh akan makna, bagi saya jadi misteri yang belum terpecahkan dari karya AAZ. Bagaimana mereka bisa secara jenius merangkai semuanya menjadi hal yang begitu mudah disimak, tapi di saat yang sama butuh konsentrasi lebih untuk sekadar menemukan jawaban dari satu pertanyaan “apa”? Apa yang ingin disampaikan? Setelah berkali-kali memutar video lirik Akar Tumbuh, saya menem...

Investasi Kebahagiaan dari Memanggil Kenangan

Di suatu pagi, sebelum malam yang benar-benar usai, seringkali aku terjaga. Menatap langit-langit kamar yang was-was kucurigai akan runtuh karena terlalu berat menampung banyak pikiran. Akan ada satu proses membuka keping-kepingan memori. Menenggelamkan pada kekurang-kurangan yang kebanyakan kusesali sembari berkata, “Kenapa tidak demikian?” kataku sambil memaki diri. Aku lelah, Tuhan. Menenggelamkan diri pada fokus niskala abstrak yang selalu memaksa menangis karena kelelahan sebab terlalu banyak berpikir. Lebih banyak waktu senang yang dilupa. Lebih sedikit memori bagus yang diingat. Nyatanya aku selalu terjebak dengan pemahaman bahwa aku selalu yang paling salah. Akan mudah bagiku memuji dan menerawang kebahagiaan orang lain. Namun, tidak berlaku untuk penghakiman yang seolah jadi hukuman dari diriku untuk diriku. Semalam aku punya kesempatan untuk berbicara. Tawaran minum kopi dari teman membawaku pada percakapan penting dalam kehidupan. Tentang harapan yang seringkali jadi kam...